Selasa, 11 Mei 2010

[MENDUNG DI KOTA TUA]

Seberapa beban penyumbat dada,
seusia nafas bukit menghela mega.

Berbondong-bondong halilintar derita
dari ketinggian hujan ke setiap mata.

Anak-anak masuk ke dalam gelap,
menggigil tertindas berlari ke gua

atas senapan meledakkan kepala.

Bahasa ibunda tercerabut was-was
gentayangan menggondol bebuah.

Melewati kota-kota tua tiada fajar,
kaki berlalu berharap-harap cemas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.