Rabu, 20 Desember 2017

Cover Buku Kritik Sastra: Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia

Cover Depan:

Nurel Javissyarqi
Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Buku Pertama: Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia

Andaikan kaum kritikus pun para sastrawan pula MASTERA, mau menerima dengan hati jujur terhadap teguran nyata dari Sang Maha Realitas, atas kesembronoan yang disengajakan pada ketiga teks pidato SCB: 1. “Sajak dan Pertanggungjawaban Penyair” mengenai Asy-Syu’ara, 2. Sambutan Upacara Penyerahan Anugerah Sastra Mastera, dan ke 3. “Pidato Anugerah Sastra Dewan Kesenian Riau” pada kasus “Kun Fayakun,” Insya Allah hikmah dari musibah itu akan terbuka lebar jalannya. Di sana terdapat gumpalan materi padat kegagalan diri SCB sebagai sastrawan, yang gagap meramukan konsepnya menjadi utuh, lantas mencari-cari kepurnaan lewat ayat-ayat dari kitab suci yang disunat susunan beserta maknanya! Hebatnya lagi, ketiganya lolos sebagai pidato bergengsi, lalu dimuat di Koran Nasional, kemudian dibukukan, sampai kaum kritikus, para sastrawan yang biasa menulis di koran, sudah merasa puas sebagaimana tidak pernah saya temukan sanggahan dari mereka, mengenai tulisan-tulisan keblinger tersebut.
***

Cover Belakang:

… Namun alangkah sayang, keberhasilannya yang semu menumbuhkan tekat kelewat melunjak bertingkah ‘melupa dan mengingat’ dengan sangat ugal-ugalan menyulap “Kun Fayakun” dijelmakan (dirombaknya) membentuk kata-kata “Jadi maka Jadilah!” dan “Jadi, lantas jadilah!” (Bukan -Pidato Anugerah Sastra Dewan Kesenian Riau 2000- oleh SCB, yang terbit di “Bentara” Kompas, Jumat 11 Januari 2003, dan Sambutan SCB Pada Upacara Penyerahan Anugerah Sastra MASTERA, Bandar Seri Begawan, 14 Maret 2006)?
***

seperti Dami N. Toda yang meski penelitiannya belum matang kurang jeli, dan terlanjur cepat Tuhan menjemputnya. Kata-kata ‘belum matang kurang jeli bisa dibaca di esainya yang bertitel Kesibukan Hamba-Hamba Kebudayaan lalu sejenis esai pertaubatannya yang dimuat Kompas 17 September 2006 yang berlabel Pengakuan Anggota Waffen-SS,” yang disebut juga oleh Afrizal Malna di Tempo, 20 November 2006 dengan judul Sejarah dalam Kulit Bawang, dengan satu kunci perjalanan hidup sang pemenang Nobel Sastra 1999, Günter Grass.
***

Pengabdian yang besar tidak lepas dari hilaf dan semoga yang diungkapkan Elisa Dwi Wardani, hanyalah keterlepasan tidak pakem masanya. Entah sehabis mendapati penghargaan, sesudah syuting baca puisi di sebuah stasiun televisi atau TI teringat telah mengangkat begitu banyak penyair dari majalah sastra yang dipandeganinya, SCB misalnya. Lantas bayu bertiup kencang mengaburkan paham meninggikan derajat kepenyairannya, sampai-sampai seolah-olah penguasa kata-kata di alam jagad raya, dengan nada-nada:

“penyair adalah penguasa kata-kata,dengan menurunkan melodinya; “mungkin tidak mengendalikan kata-kata secara otoriter, memangkas atau mencukur” namun penyair juga “membiarkan kata-kata mengukur emosinya, dan bernikmat-nikmat dengan kata-kata untuk mendapatkan pencerahan.”
***

Seingat saya (dalam arti semoga kelak ada yang merevisinya), penerjemah, sastrawan, kritikus Sapardi Djoko Damono pernah mengimbau agar karya sastra dijauhkan dari ilmu pengetahuan (“Sapardi Djoko Damono: Jadikan Sastra sebagai Seni, Bukan Ilmu di Sekolah,” Kompas 14 Oktober 2010). Maka secara otomatis bisa dibilang menghasilkan karya klangenan, bobotnya hanya lamunan, mentok bikin rindu tidak ketulungan pada gergaji kepenyairannya, ini dapat dirujuk kepastiannya pada puisi-puisinya. Dan secara terbuka saya lebih condong kepada penyair sekaligus politikus Muhammad Iqbal pula filsuf Jacques Derrida yang dengan tegas berpendapat; Puisi ialah filsafat atau pun filsafat adalah sastra (puisi)” [kalau tidak keliru pada bukunya “The Reconstruction of Religious Thought in Islam” (Iqbal), dan “Margins of Philosophy” (Derrida)].
***

Halaman Lain

MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA
Buku Pertama:
Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia

Edisi Revolusi dalam Kritik Sastra
PuJa XIII-VI 2011-2017
All Rights Reserved
@Nurel Javissyarqi

Penyunting : Lathifa Akmaliyah, S.Pd. M.Pd.
Setting Layout : Daniel Paranamesa
Ilustrator Cover : Sony Prasetyotomo
Design Cover : Bung

Diterbitkan oleh PuJa : PUstaka puJAngga
d/a Jalan Raya Desa Kendal-Kemlagi,
Karanggeneng, Lamongan, Indonesia
Email: pustaka.pujangga@gmail.com
Website: http://pustakapujangga.com

Berkerjasama dengan : Arti Bumi Intaran
d/a Mangkuyudan MJ III/216 Yogyakarta
Email: artibumiintaran@gmail.com
Website: http://artibumiintaran.net

Cetakan Pertama : Desember 2017
Terbitan Pertama : 9 Januari 2018
xii+500 hlm, 15x23cm
ISBN: 978602773190

Harga: Rp. 110.000,-
WA: 085 233 316 056

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.