Nurel Javissyarqi
VII
Bung Karno sendiri menganggap Sumpah Pemuda 1928
bermakna revolusioner: satu negara kesatuan dari Sabang sampai Merauke,
masyarakat adil dan makmur, dan persahabatan antar bangsa yang abadi. “Jangan
mewarisi abu Sumpah Pemuda, tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekadar
mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah
satu bahasa, bangsa, dan tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir,” kata Soekarno
dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-35 di Istana Olahraga Senayan, Jakarta
28 Oktober 1963. (Rudi Hartono, “Sejarah
Kongres Pemuda dan Sumpah Pemuda,” berdikarionline.com 20 Mei 2011).
***